Buletin Asy Syaakiriin Edisi Jum'at, 048-03-V-XIII : Wafatnya Ustadz Jefri Al Buchori yang Fenomenal
Oleh : Udin Saifuddin
Terhenyak hati kita mendengar dan mengetahui
berita bahwa ustadz Jefri Al Buchori telah berpulang ke hadirat Allah SWT,
secara mendadak akibat kecelakaan tunggal di daerah Pondok Indah, Jakarta
Selatan. Peristiwa tersebut telah mengundang sebagian kaum muslimin di Jakarta,
bahkan dipelo sok Tanah Air, karena beberapa hari sebelumnya Ustadz Jefri Al
Buchori masih bertausiyah dibeberapa tem-pat dan tampil ditelevisi.
Baru kali
ini, bahwa Masjid Istiqlal yang megah itu untuk men-sholatkan seseorang yang dihadiri oleh ribuan
jamaah. Sampai hari keenam, masih banyak pelayat yang datang ke rumah duka dan
kekuburan almarhum.
Komentar
rekan-rekan ustadz sejawatnya antara lain bahwa Ustadz Jefri meninggal dalam
kondisi dalam kondisi setelah bertaubat kepada Allah SWT, dan meninggalkan
gemerlap dunia hiburan dan narkoba.
Kita telah
kehilangan tokoh muda yang dengan tausiyah-tausi-yahnya diterima oleh seluruh kalangan baik tua
maupun muda. Tausiah-tausiahnya telah membe-rikan pencerahan dikalangan artis dan
generasi muda bahkan sampai model busananya pun menjadi trend busana muslim tua
sampai muda.
Nampaknya
kita merindukan tausiyah-tausiyah semacam itu di-para ustadz yang membawa keda-maian dan menyampaikan materi kemuliaan dinul
Islam sebagai agama yang membimbing umat menuju kehidupan yang lebih baik
dalam ridha Allah SWT. Bukan dakwah yang menonjolkan kekerasan-kekerasan,
perbedaan-perbedaan fahamyang ekstrim yang membawa umat ke dalam perpecahan
karena faham yang sempit, yang jauh dari nilai-nilai agama yang sebenarnya
yaitu rahmatan lil alamiiin. Setiap generasi selalu menampilkan tokoh-tokohnya
yang mewakili kondisi masyarakat pada zamannya. Kita berharap akan muncul
Jefri-Jefri baru yang mewakili zamannya nanti.
Kematian, jika
datang tak dapat ditangguhkan atau dimajukan walau sedetikpun. Allah SWT
berfirman :
“Sesuatu
yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan izin Allah, sebagai ketetapan
yang telah ditentukan waktunya.”
(QS. Ali Imran [3]: 145).
Menghindar dari kematian.
Tersebutlah
seorang menteri pada era Nabi Dawud AS, bernama Jalil Al Qadri. Ketika Nabi
Dawud meninggal, ia menjadi ia pun menjadi menter pada era Sulaiman bin Dawud.
Di suatu pagi, Sulaiman mengadakan majlis bersama dengan menteri ini. Kemudian
seorang laki-laki masuk member salam dan membisikkan sesuatu ketelinga Nabi
Sulaiman AS. Lelaki ini memandang tajam kepada Jalil, sehingga ia ketakutan.
Ketika lelaki itu keluar dari majlis, Jalil Al Qadri bertanya kepada Sulaiman,
“ wahai Nabi Allah, siapakah lelaki yang baru saja keluar tadi ?, sungguh
pandangan matanya membuat aku takut .” Nabi Sulaiman AS menjawab, “ia adalah
malaikat maut yang menjelma menjadi manusia, ia mendatangiku.” Seketika
gemetarlah sang menteri dan menangis. Kepada Sulaiman, ia berkata, “wahai Nabi
Allah, demi Allah aku memohon kepadamu agar kau perintahkan angin bertiup
membawaku ke tempat yang paling jauh, ke India.” Nabi Sulaiman memenuhinya.
Sang menteri pun terbang tertiup angin. Keesokan harinya, malaikat maut datang
kembali ke hadapan Nabi Sulaiman sebagaimana kemarin. Nabi Sulaiman AS berkata,
“ kemarin kau telah membuat sahabatku gemetar, mengapa engkau memandanginya
begitu tajam ?”. Malaikat itu berkata, “wahai Nabi Allah, aku mendata-ngimu di pagi hari. Aku terkejut mengetahui orang
itu masih bersamamu disini, padahal Allah telah memerintahkanku mencabut
nyawanya selepas zuhur di India.” Lalu apa yang kau lakukan ?, Tanya Sulaiman.
“Aku pergi ketempat Allah perintahkan kepadaku untuk mencabut nyawanya disana,
lalu aku mencabut nyawanya”, jawab malaikat itu.
“Katakanlah: "Sesungguhnya
kema-tian yang kamu lari daripadanya, Maka Sesungguhnya kematian itu akan
menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui
yang ghaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu
kerjakan". (QS. Al Jumuah [62]: 8).
Tak ada
seorang pun yang tau kapan dan dimana kita dan bagaimana kita akan mati, Itu
adalah rahasia Allah SWT. Oleh karena itu yang penting bukan masalah
kematiannya, tapi adalah sejauh mana persiapan kita menghadapi kematian itu.
Bekal adalah suatu persiapan, tanpa persiapan tentu akan kesulitan dalam
mengarungi perjalanan yang panjang dan melelahkan. Oleh karena itu, “Berbekallah,
sesungguhnya sebaik-baiknya bekal adalah taqwa.” (QS. Al Baqarah [2]: 197).
Semoga Allah
SWT menerima amal ibadah Ustadz Jefri Al Buchori, menerima iman islamnya,
mengampuni semua dosa-dosanya dan menempatkan beliau ditempat yang mulia di
sisi Allah SWT.”
Selamat jalan Ustadz Jefri Al
Buchori.
Komentar
Posting Komentar