Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2012

Pamflet Peringatan Isra' Mi'raj 1433 H

Implementasi Isra' Mi'raj

Isra’ dan mi’raj merupakan salah satu peristiwa terpenting dalam perjalanan hidup dan perjuangan NabiMuhammad SAW, kerena sebelum datangnya peristiwa ini Rasulullah SAW sedang dalam kesedihan yang luar biasa karena ditinggalkan orang-orang tercinta beliau istrinya Siti Khadijah, dan pamannya Abu Tholib. Dan disaat itulah peristiwa ini menjadi obat pelipur lara bagi Rasulullah yang bertemu dengan Allah SWT untuk mengerjakan perintah Sholat lima waktu. Isra’ Mi’raj dapat diartikan  dua bagian dari perjalanan yang dilakukan oleh  Nabi Muhammad SAW dalam waktu satu malam saja dan perintah untuk me lakukan sholat lima waktu sehari semalam. Menurut beberapa pendapat, Isra’ Mi’raj terjadi pada periode akhir kenabian di Makkah sebelum Rasu-lullah   SAW hijrah ke Madinah. Menurut  Al Maududi  dan  mayoritas ulama,   Isra’ Mi'raj terjadi pada tahun pertama sebelum hijrah, yaitu antara tahun 620-621 M. Menurut A

Fenonema Sya'ban

Bulan Sya’ban adalah bulan yang mulia, hendaknya kita mengisinya dengan memperbanyak amalan ibadah dan puasa secara khusus untuk melatih diri persiapan menyambut bulan Ramadhan agar nanti tidak kaget dengan perubahan spontan sehingga terasa berat bagi kita. Oleh karena itu, Rasulullah memperbanyak puasa pada bulan Sya’ban. عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ : مَا رَأَيْتُ رَسُوْلَ اللهِ اسْتَكْمَلَ صِيَامَ شَهْرٍ إِلاَّ رَمَضَانَ, وَمَا رَأَيْتُهُ أَكْثَرَ صِيَامًا مِنْهُ فِيْ شَعْبَانَ Dari Aisyah berkata: Saya tidak perlah mengetahui Nabi puasa sebulan penuh kecuali pada bulan Ramadhan, dan saya tidak pernah mengetahui dia lebih banyak berpuasa daripada di bulan sya’ban.   [120]             Hikmah memperbanyak puasa di bulan Sya’ban dijelaskan dalam hadits yang lain: عَنْ  أُسَامَةَ بْنَ زَيْدٍ قَالَ : قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ, لَمْ أَرَكَ تَصُومُ شَهْرًا مِنْ الشُّهُورِ مَا تَصُومُ مِنْ شَعْبَانَ, قَالَ : ذَلِكَ شَهْرٌ يَغْفُلُ النَّاسُ عَنْهُ بَيْنَ رَجَبٍ وَرَمَضَانَ, وَهُوَ

Meneladani Sunah Rasul

MENELADANI SUNNAH RASUL Oleh : Miftahurrohman, SHI S ecara bahasa sunnah berarti jalan. Sedang menurut istilah ilmu fiqih yaitu suatu perbuatan yang berpahala bila dilakukan dan tidak berdosa bila ditinggalkan. Meskipun demikian sebagai realisasi cinta kepada Rasulullah SAW, kita harus memposisikan perbuatan sunnah sejalan dengan ‘rekomendasi’ Allah SWT seperti yang telah disebutkan di atas. Ibnu Katsir berkata “Ayat ini adalah dalil yang kuat untuk meneladani Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam dalam ucapan perbuatan dan sikap beliau.” Meniru dan meneladani seseorang adalah manifestasi cinta. Padahal Rasulullah SAW bersabda “ Tidaklah beriman salah seorang di antara kamu hingga lebih mencintai aku daripada orang tuanya anak-anaknya dan segenap manusia. ”   (HR. Al Bukhari dan Muslim dari Anas RA). Karena itu pertanda seberapa besar cinta kita kepada Rasulullah SAW diantaranya dapat diukur dengan perhatian kita dalam meneladani tiap ucapan dan tindak tanduk belia